Small Creatures, Big Threat !!! ( Makhluk Kecil dengan Ancaman Besar )

Mahkluk kecil ancaman besar

Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Tahukah anda tiap tanggal 7 April World Heatlh Organisation (WHO) yang merupakan induk dari semua organisasi kesehatan dunia merayakan Hari Kesehatan Sedunia. Nah, untuk tahun 2014 tema yang diangkat adalah “Vector Borne Diseases” dengan tagline “Small Creatures, Big Threat”. Dari kata – katanya saja sudah bisa ditebak bahwa makhluk yang dimaksud merupakan agen penyakit dengan ukuran kecil akan tetapi sangat berbahaya karena dapat mengancam jiwa.

Banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh makhluk kecil mematikan. Di Indonesia lebih khusus kota Semarang sendiri salah satu penyakit dengan angka kejadian besar dan menjadi perhatian serius dari banyak pihak yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue.

Virus dengue pada kenyataannya tidak bisa menginfeksi manusia secara langsung, sehingga membutuhkan perantara dalam menginfeksi dan juga penularannya. Makhluk perantara tersebut dikenal dengan istilah vektor. Untuk penyakit infeksi dengue sendiri dibawa oleh vektor nyamukaedes aegypti dan aedes albopictus.

Virus tersebut masuk ke dalam genus flavivirus dan famili flaviridae. Ada 4 jenis serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4 dan yang paling dominan dan menimbulkan efek terberat adalah DEN 3.


Spektrum klinis dari infeksi dengue memiliki variasi tersendiri dimulai dari undifferentiated febrile illness, demam dengue, demam berdarah dengue, sampai sindroma syok dengue.

Undifferentiated febrile illness merupakan spektrum klinis infeksi dengue teringan yang ditandai dengan gejala demam yang tidak khas.

Demam dengue terjadi dengan ditandai adanya demam mendadak atau dapat disertai gejala prodromal berupa malaise, menggigil, dan nyeri kepala. Gejala yang timbul biasanya dimulai pada hari ke 2 - 7 setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setelah muncul gejala prodromal akan muncul nyeri di tempat lain terutama di punggung, sendi, otot, dan bola mata.

Suhu tubuh akan kembali normal atau menurun setelah mengalami demam selama 5 – 6 hari yang kemudian akan naik kembali. Fenomena seperti ini sering disebut gejala bifasik atau seperti pelana kuda (saddleback).

Ruam yang muncul akibat infeksi dengue berupa kelainan kulit makulopapuler atau morbiliformis yang menetap selama beberapa hari dan kemudian akan hilang dengan sendirinya. Demam dengue klasik pada dasarnya penyakit yang akan sembuh, jarang menimbulkan komplikasi dan kematian walaupun membutuhkan berminggu – minggu dalam penyembuhan.

Spektrum yang menimbulkan masalah serius adalah demam berdarah dengue yang dapat terjadi pada setiap individu terutama pada pasien anak. Perlu dibedakan antara demam dengue dan demam berdarah dengue. Pendapat bahwa perbedaan antara keduanya berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan tentulah salah besar. Hal ini dikarenakan baik demam dengue maupun demam berdarah dengue sama – sama menampakan tanda dengan atau tanpa perdarahan. Perdarahan sendiri digunakan sebagai tanda khas infeksi dengue.

Di dalam klinik untuk menegakkan  diagnosa DBD perlu dilakukan uji laboratorium ditemukan trombositopenia (penurunan trombosit < 100.000 /µl) dan peningkatan hemokonentrasi >20 %.

Sebagai tanda pasti yang digunakan untuk membedakan DBD dan DB adalah adanya kebocoran plasma pada spektrum DBD. Kebocoran plasma dapat dilihat dengan adanya efusi pleura, ascites, dan hipoproteinemia. Demam berdarah dengue memiliki gejala awal yang sama dengan demam dengue akan tetapi kondisi pasien akan cepat menurun.

Kondisi tersebut bisa melanjut menjadi sindroma syok dengue. Pada keadaan ini mulai timbul tanda kegagalan sirkulasi darah seperti nadi cepat, hipotensi disertai kulit dingin, dan pasien tampak gelisah. Apabila pasien jatuh ke kondisi syok berat maka nadi sulit untuk diraba dan tekanan darah sulit diukur.

Dalam memberikan tatalaksana infeksi dengue yang perlu diperhatikan adalah pada saat pasien masuk ke kondisi syok mengingat kondisi ini memberikan kontribusi yang tinggi pada kematian. Pemberian resusitasi cairan dan oksigenasi perlu diberikan segera supaya syok tertangani dan sirkulasi membaik.


Pencegahan penyakit dengue adalah dengan mengendalikan vektor nyamuk dengan cara yang sudah lazim kita kenal. Awalnya kita hanya mengenal istilah 3M yaitu menguras, menutup, mengubur.

- Menguras tempat penampungan air, karena air yang menggenang atau diam menjadi habitat dari vektor dengue.
- Menutup tempat penampungan air supaya tidak dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk.
- Mengubur barang bekas karena bagaimanapun juga barang – barang bekas bisa menjadi tempat genangan air terutama saat musim penghujan yang pada akhirnya menjadi habitat dan tempat berkembangbiak nyamuk aedes.

Sekarang ini mulai digalakkan kegiatan tambahan untuk mengendalikan vektor menjadi 4M Plus karena hal baru ini dianggap lebih efektif. 4M Plus yaitu 3M seperti di atas ditambah mamantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat berkembangbiak nyamuk aedes, dan “plus” nya dengan menaburi bubuk abate, memelihara ikan, menghindari gigitan nyamuk, dan tidak menggantung baju.
Previous
Next Post »